8/18/2010

tribute to our friendship


I  am more than lucky to have you all. 
I can't thank you enough. Our friendship is PRICELESS. :)

8/15/2010

tanya hati

Tadi pagi saya pergi ke gereja berdua aja sama kakak saya, si Mas Didit. Di perjalanan pulang, saya dan dia sempat ngobrol sedikit. Biasa deh ngobrol tentang pacar sebentar, liburan, kuliah. Ketika ngomongin kuliah, saya terngiang terus pembicaraan saya dan kakak saya ini:

Mas Didit : Ntar lulus kuliah langsung S2 dek?
Saya : (menggeleng) aku aja gak yakin pengen jadi psikolog.
Mas Didit : Lho kenapa?
Saya : Hmm, gatauuu gak yakin ajaaa. 
Mas Didit : Terusin aja kali dek. Indonesia tuh butuh orang-orang yang ahli di satu bidang. Kebanyakan orang-orang lulus S1 semuanya kerja di bank.
Saya terdiam. Campur aduk mempertanyakan dalam hati. Ya, Indonesia memang butuh orang yang ahli, tapi tidak berhenti di situ. Indonesia butuh orang yang ahli yang mau membangun negaranya. Permasalahannya adalah apakah psikologi adalah bidang di mana saya ingin menjadi ahli? Di mana saya punya passion untuk menjadi ahli? Ingin dan passionlah yang sering membuat saya ragu. Saya yakin Indonesia tidak butuh orang ahli yang tidak punya keinginan dan passion di bidang yang menjadi ahlinya. Bahkan sebaliknya, saya yakin seseorang tidak bisa menjadi ahli tanpa keinginan dan passion itu. Saya masih butuh bertanya pada hati.

Pulau Tidung

Tadinya saya ingin membuat cerita sensasional yang bisa bikin orang-orang pada iri tentang liburan saya ke Pulau Tidung kemarin, tapi ah ternyata saya lagi gak terinspirasi (haha gak bertanggung jawab). But like I said before, the vacation was awesomeeeee. Saya berangkat hanya berempat bareng Cahya, Ridha dan Puri, ditemani Nikki dan Akbar yang saya pakai jasa kardoestravel-nya untuk liburan ke Pulau Tidung. Nikki adalah teman saya yang baik hati, eh junior saya di kampus deng haha (Nikki aslinya lebih tua dari saya tapi dia junior saya di kampus hihi).
Kegiatan kami selama di Tidung adalah bersepeda menyusuri pantai, snorkeling (my first experience! :D), makan jagung bakar, pesta cumi bakar dua malam berturut-turut (which is mantab banget rasanya!), dan foto-foto tentunya! ;) Since I don't get inspired to write and I think pictures could explain more (alasaaaaaann), I post our vacation's pictures here:


You have to agree that the pictures seems great, I hope you become envy hihi ;) Thanks for Cahya, Ridha, Puri, Nikki, Akbar for made the vacation so fun! Oh and I suggest you to use kardoestravel if you want to go to Tidung with low budget yet full of fun experience! See youu next vacation! Hugs and kisses.

selfish

Okay, let me explain.
I became silent for no reason.
I was mad for no reason.
I let you became puzzled, FOR NO REASON.
So why don't you go and seek another women so I would stop torture you???
Why? WHY DON'T YOU GO???

8/13/2010

sebuah porsi untuk sebuah kehidupan

Saya teringat pembicaraan saya dengan teman baik saya bebebrapa hari yang lalu. Ia bercerita tentang kekesalannya terhadap mantan pacarnya yang tidak bisa diberitahu tentang suatu hal dan malah marah-marah mengatai teman saya bawel. Teman saya mengkhawatirkan ibu mantannya itu akan sakit karena memikirkan anaknya, which is mantan teman saya ini. Fyi, teman saya ini dekat sekali sama ibu mantannya, jadi dia memberitahu mantannya dengan alasan karena dia sayang sekali sama ibu mantannya. Saya mendengarkan kekesalan teman saya sampai selesai, berusaha memahami bahwa teman saya ini mengkhawatirkan keadaan ibu mantannya. Tapi saya juga berusaha memahami dari sudut pandang mantannya, yang walaupun sudah putus dengan teman saya, masih saja harus mendapat nasihat/teguran/kritik atau apapun itu dari bekas pacarnya. Saya pun menyampaikan pendapat saya pada teman baik saya, bahwa mungkin sudah bukan kapasitas teman saya lagi untuk memberitahu mantannya apalagi hal-hal yang berhubungan dengan keluarganya, yang sifatnya lebih intim. Teman saya bersikukuh ia melakukannya karena dia sayang sekali sama ibu mantannya itu. Dan saya menjawab pasti mantannya lebih sayang lagi sama ibunya sendiri. Jadi saya menyarankan teman saya untuk membiarkan saja mantannya itu, masalah siapa lagi yang akan menasihati mantannya yang berhubungan dengan ibunya kalau bukan dia juga sebaiknya tidak terlalu dipikirkan lagi, karena semua orang punya porsinya masing-masing. Terkadang kita tidak bisa mengurusi segala hal, walaupun ingin. Bila teman saya berhenti memberitahu mantannya bukan berarti berhenti mencintai ibu mantannya, anggap saja seperti membiarkan mantannya yang menyadari sendiri dan menjalankan porsinya sebagai seorang anak. Anggaplah membiarkan mantannya belajar sendiri sebagai proses mendewasakan mantannya, dengan demikian teman saya telah menjalankan porsi sebagai bekas pacar, bukan lebih. 

Setelah pembicaraan dengan teman saya itu, tiba-tiba saya berpikir. Ah, masalah menasihati orang  saya memang jagoan, tapi pada kenyataannya, bukankah saya juga terkadang seperti teman saya itu? Menjalankan porsi yang sebenarnya bukan porsi saya atau sudah tidak menjadi porsi saya lagi atau belum menjadi porsi saya. 

Saya pernah begitu sedihnya karena teman lama saya MBA, dan menyayangkan kenapa bisa-bisanya teman lama saya memilih laki-laki yang akhirnya membuat dia hamil. Padahal dia adalah teman lama saya,  dulu pun hubungan kami tidak dekat sekali. Dia teman lama yang saya kangeni karena dulu kami satu organisasi di SMA tapi mungkin dia sendiri bahkan tidak ingat sama saya apalagi kangen. Bukan porsi saya begitu berapi-api menyayangkan kejadian yang menimpanya, toh sudah ada sahabat-sahabatnya yang lebih mengenal dia dan tahu bagaimana menyikapi masalah tersebut dibanding saya yang hanya tahu cerita dari orang lain tentang kehamilannya. Dan sahabat-sahabatnya setia mendukungnya.
Saya juga pernah sewot karena teman saya pacaran dengan orang yang menurut saya tidak cukup baik buat teman saya. Dan jahatnya pernah diam-diam mendoakan mereka segera putus. Lagi-lagi bukan porsi saya untuk menghakimi seperti itu, walaupun dia adalah sahabat saya. Yang paling tahu tentang hubungan pacaran yang dijalani tentunya adalah teman saya dan pasangannya sendiri, bukan saya. Porsi saya sebagai sahabat seharusnya tetap mendukung apapun yang terjadi, apa pun pilihan sahabat saya, walaupun mungkin bertentangan dengan pendapat yang saya percaya. Sahabat saya adalah individu dewasa yang sudah mampu menentukan pilihan dan siap menanggung konsekuensinya, yang harus saya hargai, sejauh pacarnya tidak melukai dirinya secara fisik atau mengganggu mental sahabat saya. 
Atau sesimpel gosipin orang deh. Ngomongin si anu yang gonta ganti cowok tiap minggu dan suudzon kalo dia bukan cewek baik-baik. Padahal kenal sama si anu juga cuma sekedar kenal aja, bukan porsi saya menghakimi dia seperti apa kalau tidak cukup mengenal dia. Atau ngomongin Ariel Peterpan dan video pornonya deh, sekedar informasi sih boleh aja, tapi mengecap Ariel cowok brengsek juga bukan porsi saya deh kayaknya. Gue koar-koar tentang betapa brengseknya Ariel, padahal kalau semua yang melakukan di video porno itu melakukan hubungan intim atas kesepakatan dua belah pihak, ya sah-sah aja dong, seksualitas kan sesuatu yang sifatnya amat pribadi. Yang disalahkan ya pengedarnya. Eh kejauhan ya kayaknya sampe ngebahas Ariel segala hehe.

Padahal ada banyak porsi yang memang porsi saya yang tidak saya lakukan. Misalnya, karena sekarang di rumah gak ada pembantu, saya harus mengurusi urusan rumah dan gak bisa leha-leha aja liburan ini. Kadang saya mengeluh capek karena merasa jadi saya yang harus mengurus semuanya, tapi sebenarnya itu porsi saya kan sebagai anak? Untuk membantu orang tua? Toh dari kecil dulu ibu saya mengurus rumah sambil bekerja  di luar rumah, sambil membesarkan saya dan kakak saya juga, dan ibu saya gak mengeluh. Atau misalnya lagi, porsi saya untuk selalu mengapresiasi dan mendukung teman-teman baik saya. Saya pernah merasa tidak nyaman dengan beberapa teman-teman dekat saya di kampus karena saya merasa mereka tidak cukup mengapresiasi dan mendukung saya, sekedar memuji pun jarang, yang ada cuma  bercanda saling cela. Tapi apakah saya juga sudah menjalankan porsi saya sebagai teman yang baik? Apakah sayacukup mengapresiasi mereka? Memuji alih-alih mencela? Nggak juga tuh. Saya malah lebih sering memuji dan mengapresiasi orang-orang yang tidak segitu dekatnya sama saya. Saya lupa bahwa teman-teman dekat saya bagaimana pun mereka, adalah teman-teman yang ada di sisi saya, dan daripada berpikir tentang teman-teman saya di masa lalu yang menurut saya lebih baik, lebih baik saya bersyukur dan berusaha menjalankan porsi saya sebagai seorang teman dekat. Jika mereka tidak mengapresiasi, maka saya harus mulai mengapresiasi. Percaya saja bahwa porsi yang saya lakukan adalah porsi yang akan saya terima, bahkan mungkin lebih, secara positif. Bukan berarti kita jadi tidak boleh berpendapat tentang masalah orang lain, mungkin berpendapat sudah cukup sebagai porsi "orang luar", tapi menghakimi nggak deh kayaknya. Prioritasnya adalah menjalankan porsi masing-masing, dengan sesuai, baik porsi sebagai diri sendiri, sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai keluarga, atau sebagai "orang luar". Bagaimana kita tahu porsi seberapa yang sesuai? Sebagai orang luar jelas batasan kita adalah tidak menghakimi, tapi sebagai orang dekat, menurut saya banyak-banyaklah mencari tahu diri dan sudut pandang orang yang dekat dengan kita, maka kita akan tahu seberapa besar porsi kita :)

Ah, seandainya setiap orang berusaha menjalankan porsinya masing-masing dengan sesuai, tentu hidup rasanya akan lebih ringan. Saya mau mencoba menjalankan porsi saya dengan sesuai, dan membuat hidup saya jadi lebih nyaman. How about you? ;). 

8/10/2010

hello!

I just got home from Tidung Island last sunday! The vacation was awesome, since I'm still very tired after the vacation, I'll post stories and pictures soon :) Wait for my passionate-holiday-stories! See youuu ;)

8/01/2010

oh dear future

It's been a while since I wrote my last post. Since my plan to go to Tidung Island in 4th of August became fix,  I should use my money strictly. So I kept myself from every kind of impulsivity, also I didn't hang out too much so I could save my money for the trip. Most of the time I drowned myself on my "me-time" through the holiday after I finished my internship's report . Well, I quite enjoy my "me-time" unexpectedly. There, I could think or daydreaming about everything. Then, as always, I think too much. One of my thoughts which always hit me is about future. This thought came when I heard some of my friends got internship in a good and well prospected place. I think my internship was way too far from their internship.

Oh yes, it always hit me when it's all about future, especially about work life. Imagine things that would happen in my future, it's scary. I'm 21 years old and yet I didn't know what I really want in my life. Many people expect me being a psychologist and they are more certain than me about me being a psychologist. I think it's just because now I'm studying psychology in my college. But I am not, I don't know if it is my call, do I really able being a psychologist? Do I really WANT to be a psychologist? I still don't know about it. Even worse, I still don't know what I really want, what I really love to do. I think I don't have any skill that I'm good at. Or things that I love the most. So thinking about future, it is scary. I'm afraid I won't get any job in the future because I'm not smart enough. If I get any job, I'm afraid I work in the worst place because there is no good workplace would accept me. Or if I get a job in a good workplace, I'm afraid that I become a bad employee because I couldn't do anything good or out-of-the-box thingy so I'll get fired soon. I'm afraid I won't become success and end up being poor. Yes, I'm afraid being poor, I think it is me being realistic. Money is not everything, and I'm sure that  money can't buy happiness. But money could help your life become easier, help you to do everything that you want to make. I want my family for once in their life stop worrying about money. I want them for once in their life enjoying their life. And so do I.  

I'm that pessimistic about my future. Blame my self-concept for it, although I know it is not helping. I know it is no good thinking negatively, but I couldn't help myself. It makes me tired. :((